Hasil penelitian dari Boston itu sekaligus memperjelas bagaimana seseorang mengalami ketidakberuntungan jika sudah bersentuhan dengan zat adiktif. Volume otak ke-27 pengguna za adiktif kokain itu dibandingkan dengan volume otak 27 orang yang sehat dan tidak pernah menyentuh kokain.
Hasilnya volume otak dan struktur yang disebut dengan `amygdala` pada 27 pengguna zat adiktif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran yang normal. Meski belum secara jelas bagaimana penyusutan terjadi namun kecilnya ukuran `amygdala` kemungkinan besar akibat penggunaan zat adiktif seperi kokain.
`Amygdala` sendiri seperti sebuah kumpulan kecil syaraf pada otak yang juga berpengaruh pada proses terbentuknya emosi. Kecilnya ukuran otak dan berpengaruh pada emosi membuat hasil negatif pada aksi pengguna zat adiktif. Hasil penelitian Dr Breiter itu dipublikasikan melalui the journal Neuron, meski Dr Breiter tidak bisa menjawab pertanyaan bagaimana volume amygdala yang kecil merupakan dampak dari kontribusi penggunaan zat adiktif.
Breiter memberikan penjelasan singkat bahwa volume amygdala pada orang normal akan berkembang lebih besar pada sisi kiri otak dan pada pengguna zat adiktif keseimbangan ukuran itu menjadi tidak simetris. Dalam waktu singkat penggunaan zat adiktif akan membuat proses degerasi pertumbuhan otak.
Dalam waktu panjang, penggunaan zat adiktif akan membuat ketidaknormalan pada aksi kehidupan sehari-hari. Dr Breiter menggunakan `magnetic resonance imaging (MRI)` untuk melakukan pengindraan atas 27 pengguna zat adiktif sehingga bisa menghasilkan gambar ukuran volume otak.
Pada pengguna zat adiktif ukuran amygdalas rata-rata 13 persen lebih kecil dari rata pada otak kiri dan 23 persen lebih kecil pada rata-rata volume otak pada sebelah kanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar